Friday, May 25, 2007

SENTER

Sekian lama hidup tanpa cahaya dan larut dalam kegelapan pekat. Hari ini, entah malaikat mana yang berbisik, tiba-tiba aku ingin sekali bersujud dan berdoa padaMu.
"Tuhan berikan cahayamu dan tuntunlah jiwa yang lemah ini menuju jalanmu. Terangi kegelapanku dan tunjukankan padaku haq adalah haq dan bathil adalah bathil. Ya, Tuhan aku lelah dan berikan sinarmu..."
Sebuah suara terdengar menukas, "Aku Tuhan. Bukan senter, Goblok!" ujarnya ketus sambil berlalu.Duhh..


Hi...saat pertama sekali membaca posting ini aku langsung senyum-senyum sendiri. Ya, gimana nggak, masa siy Tuhan gitu. Tapi bener juga. Tuhan sering kita perlakukan seperti senter. Dinyalain saat merasa berada dalam kegelapan (ini biasanya kalau lagi susah dan merasa hidup luar biasa nelangsa) dan kita matikan saat merasa tidak berada dalam kegelapan lagi (ini biasanya lagi happy dan diliputi berbagai keberuntungan). Padahal Tuhan bukan senter. Karena Dia cahaya kita. Dia seharusya bukan jadi barang yang hanya dipakai sesaat saja. Disaat butuh dipakai, saat merasa tidak butuh, disimpan dan ditempatkan jauh disudut kehidupan kita bahkan kita sering mengambil pelita lain untuk menerangi kehidupan kita, yang sebenarnya pelita itu cuma bias, bukan cahaya. Bukankah KeberadaanNya seharusnya bagai pelita didalam jiwa, dekat dan menerangi langkah hidup kita.

Tapi bukankah Tuhan dapat berbeda-beda penafsirannya. Bahwa Tuhan orang yang menulis posting diatas ini seperti senter, sehingga Tuhannya pun menegurnya dengan cara itu (ini bukan mau mengkoreksi bentuk Tuhan tiap orang). Mungkin tuhan kamu seperti lilin, dimana kamu harus mencari korek api terlebih dahulu untuk menyalakannya. Atau ada orang yang Tuhannya seperti api, dan dia selalu terbakar didalamnya.

Sebagai seorang muslim, kuakui bahwa Allah yang kukenal, atau diperkenalkan kepadaku, bukanlah Allah yang cintaNya merupakan samudera tak bertepi, yang anugerahNya seperti langit tak berujung, yang amarahNya dikalahkan oleh rahmatNya serta yang pintu ampunanNya terbuka lebar sepanjang saat. Tuhan dimana kamu bisa ngobrol dan bercinta dengannya kapan saja, dimana saja tanpa perlu perantara seperti kamu akan menemui pejabat negara yang penuh dengan birokrasi dan tetek-bengek yang mempersulit. Tapi yang diperkenalkan kepadaku adalah Tuhan yang Maha Pedih siksaNya atau yang Maha Besar ancamanNya. Tuhan yang hanya bisa ditemui dengan melakukan ritual-ritual tertentu saja. Tuhan yang kalau kutemui harus sopan bangeeeeeetttt berbicaranya. Tuhan yang hanya bisa mengerti satu bahasa.

Apakah yang sedangku Tuhankan sekarang? agama? atau Tuhan itu sendiri?. Kadang pikiran-pikiran itu muncul dan aku berusaha mencari jawaban untuk itu.

Tuhan memang teramat dekat, sehingga sering terasa teramat jauh. Tuhan ada dibalik mata, sehingga sering tak mampu melihatNya. Tuhan ada didalam telinga, sehingga sering tak mampu mendengarNya. Sehingga Tuhan berfirman melalui sahabatku yang lahir di abad ke-6 itu Muhammad bin Abdullah dalam sebuah hadist Qudsi : "Siapa yang mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhannya."

Sudahkah kau mengenal dirimu??????