Thursday, July 12, 2007

Nostalgia dibalik awan

Kumpulan awan terus berada bersamaku. Awan-awan itu sudah menutupi wajahmu dariku. Kutahu engkau ada dibalik itu, menungguku mungkin. Membayangkanmu, membuat aku hanya bisa tersenyum atau menangis pilu. Ingatanku kembali pada pertemuan-pertemuan kita dahulu. Ada tawaku, senyummu, air mataku juga belaian lembutmu dikepalaku.

Angin kencang itu meniupkan awan yang menutupi pandanganku padamu. Tapi itu hanya sesaat, karena awan baru dengan warna lebih kelabu sudah menunggu untuk kembali menutupi wajahmu. Aku hanya bisa terdiam. Berharap hujan akan turun, lalu muncullah wajahmu bersama matahari.

Kuingat renyah suaramu saat obrolan kita. Walau terkadang aku tak percaya bahwa kau ada disisiku duduk menemaniku. Kupikir aku mulai gila denganmu. Ah, bukankah aku memang gila? aku menggilaimu saat aku mulai mengenalmu.

Ta...itu panggilanku untukmu. Namun belakangan ini aku lebih suka memanggilmu dengan sebuatan Rob, kedengarannya cukup akrab. Walau kadang aku menghujatmu dan berteriak memanggil "hei" atau "kau", itu karena aku merasa begitu akrab dengamu. Menyebut namamu dengan versiku suatu hal yang sangat karib bagiku. Tak ada batas rasanya, hanya kau dan aku.

Rob, apakah kau sibuk? Masihkah kau mau menemaniku malam ini? Aku rindu Rob? Aku juga binggung. Kau tahukan? Biasalah, aku selalu penuh dengan pertanyaan-pertanyaan tentang kau dan segala ciptaanmu. Tentang keadilan, kebenaran, nasib, takdir, bahkan keberadaanmu sekalipun. Aku masih sama Rob, masih suka bertanya. Dan kau masih saja diam, atau aku yang kurang bisa mengartikan dirimu? Aku tak tahu. Tapi aku ingin kau terus menemaniku. Bersama awan itu, juga matahari, angin dan hujan.

Kau ingat Juni? Juni begitu membekas untukku. Iya aku tahu, kau sudah tahu. Tapi Rob, Juni telah menjadi hantu untukku. Aku tidak bisa mengendalikan diriku lagi. Kau juga tahu, aku masih sibuk dengan awan-awan itu. Awan-awan itu mulai banyak menyita waktuku. Dari ujian akhir semester, kisah cinta, keinginan pindah kerja, belum lagi tugas dirumah yang juga meminta waktuku.

Tak bisakau berubah menjadi kabut? Agar bersama awan itu aku bisa melihatmu. Jangan marah Rob, bukan aku ingin menurunkan derajatmu. Aku hanya ingin selalu dekat denganmu, setiap saat bisa memandangmu saat kau berada diantara awan-awan itu. Mendengar suara renyahmu. Apakah sulit bagimu?

Rob, kau ingat wanita dicafe itu? Iya, yang datang dengan mengendong anak balitanya. Iya, yang berjalan pincang. Kau ingat juga Heru dan Chandra? Tuhkan, kau tersenyum. Masih ingat rupanya dengan para pengamen itu dan semangatnya. Ya, kau juga ingat bagaimana semangatnya aku untuk ikut bersama mereka. Tapi sayang, telpku tak terjawab pagi itu hingga sesuai kesepakatan aku dan chandra untuk berjumpa di blok-M, sebagai start awal kami ngamen batal. Lalu ingat Cemoro Kandang? Hi...aku bisa melihat wajahmu dengan jelas dibalik dinginnya Lawu saat itu. Sedikit siy, tapi cukuplah buat modal mengenalmu kelak.

Ah, semua itu membuat aku binggung. Hi, selalu kata bingung aku tuliskan dengan double "g", karena aku memang benar-benar bingung Rob. Apa arti semua ini? Ah, ada yang bisa membantuku?